Sesudah bunda meninggal dunia dua tahun yang lalu, terus terang rasa cinta saya terhadap Indonesia jadi pudar. Bunda, semasa hidupnya, memiliki semangat patriotisme dan nasionalisme yang tinggi. Beliau percaya bahwa rakyat Indonesia tidak akan pernah bisa dibodohi oleh pemerintah. Beliau juga tidak pernah absen menonton Thomas dan Uber Cup di TV dan selalu menyemangati tim Indonesia dari depan TV meskipun mereka tidak bisa mendengarnya.
Bunda meninggal setelah rumah sakit menolak untuk merawatnya di ICU lebih lama karena kami tak sanggup lagi membayar biaya perawatan ICU yang besarnya 3 juta per hari. Beliau meninggal di kamar kelas tiga, dimana para dokter dan perawat hanya mau datang bila tidak ada pasien di kelas lebih tinggi yang membutuhkan mereka. Bahkan sesudah bunda berhenti bernapas, butuh waktu hampir 10 menit sebelum dokter dan perawat mulai berdatangan untuk memberi pertolongan. Tapi semua sudah terlambat.
Sesudah bunda meninggal, saya jadi benci Indonesia. Bunda warganegara yang baik. Kenapa harus diperlakukan seperti itu di akhir hidupnya? Kenapa nyawanya jadi begitu tak berharga hanya karena keluarga bunda tidak punya banyak uang? Kenapa? Tapi jawabannya tak kunjung datang.
Bulan ini genap dua tahun sejak bunda meninggal. Selama dua tahun, saya mencoba untuk menerima kematian bunda sebagai ajal dan berhenti menyalahkan sistem pelayanan kesehatan di Indonesia. Saya mencoba untuk percaya bahwa bunda sekarang berada di tempat yang jauh lebih baik dari negara manapun yang ada di dunia ini. Dan saya pun mencoba untuk mencintai Indonesia lagi.
Sudah lebih dari satu tahun saya tinggal di Kanada. Salah satu keinginan bunda sebelum beliau meninggal adalah supaya saya bisa pindah ke negara barat. Bukan karena bunda benci Indonesia, tapi karena bunda sangat mencintai saya, anak perempuannya yang semata wayang, yang jalan pikirannya sulit dipahami dan karenanya sering disalahpahami. Bunda pikir orang di negara barat akan lebih memahami jalan pikiran saya dan saya akan merasa lebih bahagia di sana.
Bunda benar. Saya merasa bahagia di sini. Suami saya yang orang Kanada adalah orang yang paling memahami jalan pikiran saya dan saya tidak lagi selalu disalahpahami. Dan yang lebih penting lagi, saya tak lagi membenci Indonesia. Saya hanya mengharapkan yang terbaik bagi tanah kelahiran saya supaya kedua keponakan kecil saya di Indonesia bisa mendapatkan masa depan yang cerah. Saya yakin bunda mempunyai harapan yang sama. Saya juga berharap semoga sistem pelayanan kesehatan di Indonesia bisa dibenahi agar pengalaman pahit keluarga saya selama bunda berada di rumah sakit hingga akhir hayatnya tidak terulang lagi.
Saya rindu Indonesia. Saya rindu masakan Indonesia. Panjang umur, Indonesia!